Suara Tani - Tanaman porang adalah fenomena zaman karena sudah beratus tahun menjadi penghuni di bumi pertiwi. Namun baru dalam kurun beberapa tahun ini namanya menjadi primadona dan populer di kalangan masyaraka tani.
"Tanaman tersebut sering disebut tanaman iles-iles kalau dalam bahasa latin namanya Amorphophallus muelleri BL yang termasuk tanaman umbi-umbian yang dapat dimakan dan aman untuk manusia," kata mantan Kepala Dinas Pertanian dan Sekda Blora, Bambang Sulistya, Senin (10/1/2022).
Menurutnya, dahulu tanaman porang tumbuh liar di bawah tegakan pohon jati, sonokeling, mahoni, sengon, rumpun bambu, di semak belukar dan hutan lebat tanpa ada orang yang peduli apalagi memperhatikan.
"Sekarang sudah menjadi buah bibir yang diyakini bahwa tanaman porang adalah "tanaman harapan" yang mampu mensejahterakan petani," jelasnya.
Di sisi lain ada keistimewaan yang dimiliki oleh tanaman porang di antaranya mudah dibudayakan, memiliki produktifitas tinggi, hama dan penyakit yang menyerang relatif sedikit, permintaan pasar sangat besar dan mempunyahi nilai ekonomi yang tinggi.
"Bahkan keuntungan yang didapat dari budidaya porang bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah," tambahnya.
Dijelaskannya, menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo permintaan akan tepung porang saat ini tidak terbatas bahkan satu eksportir kuotanya per bulan bisa mencapai 1.000 ton.
Selain China, porang asal Indonesia sangat diminati juga oleh sejumlah negara, di antaranya Vetnam, Jepang, Thailand, Hongkong dan Pakistan.
Tak kalah hebatnya ungkapan dari Presiden Jokowi dalam akun instagramnya, "Porang merupakan komoditas baru yang dapat memberi nilai tambah yang baik tidak hanya bagi perusahan pengolah porang tetapi juga kepada para petani porang.
Bayangkan, satu hektar lahan dapat menghasilkan 15-20 ton porang (23 Agustus 2021).
Berangkat dari berbagai imformasi tersebut dan dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia sekaligus memberikan bekal pengetahuan secara praktis untuk meningkatkan pengabdian kepada masyarakat bagi para pejuang pembangunan.
Maka dalam rapat Konsulidasi pengurus Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten/Kecamatan dan Kelurahan dengan menghadirkan nara sumber untuk memberi pembekalan tentang prospek dan budaya porang yang dilaksanakan, Jumat (7/1/2022) di ruang pertemuan kantor PWRI Kabupaten Blora.
Narasumber yang dihadirkan adalah Agus Joko Susilo atau dikenal Joko Porang Kusumo mantan kepala desa Nglaroh Gunung Kecamatan Jepon Kabupaten Blora.
"Ia seorang petani pionir penanam Porang yang pertama di Bumi Blora Mustika yang saat ini sudah bisa menikmati hasil budidaya tanaman porang," terang Bambang Sulistya yang kini dipercaya sebagai Ketua PWRI Blora.
Dikatakanya, semula sebagai petani tebu yang ikut berjuang dan mendukung berdirinya Pabrik Gula modern PG Gendis Multi Manis (GMM) di Kabupaten Blora dan dulu sempat mendapat penghargaan dari pabrik gula sebagai Petani Tebu Jangkar.
Setelah menekuni budidaya tebu lebih dari lima tahun ternyata yang bersangkutan belum bisa merasakan manisnya rasa tebu alias belum beruntung.
Akhirnya berbekal Bonek (Bondo Nekat) dan belajar daring melalui Google serta belajar dari berbagai imfo youtube, maka disamping karena Joko sendiri memiliki naluri bertani dengan berprinsip rugi dari usaha Pertanian maka dengan tekat dan semangat membara harus bisa untung dari hasil oertanian.
Sehingga pada bulan Agustus 2021 ia beralih usaha menanam porang.
"Semula langkah untuk menekuni dan memelihara tanaman porang menuai kritik dan ejekan dari masyarakat bahkan ada yang mengagap orang gila karena keputusannya sudah tidak nalar," kata Joko.
Namun dengan semangat dan keyakinan yang kuat, disertai usaha dan doa serta jaringan relasi pabrikan, penaman pertama berhasil dengan harga porang bisa mencapai Rp15 ribu per kilogram.
Sementara harga umum kisaran Rp10.000-Rp13.000 per kilogram.
"Mengapa harga porang hasil panen bisa dijual lebih tinggi, itu karena kualitas produk porang yang dihasilkan baik dan bisa jadi andalan untuk sumber benih yang unggul," tuturnya.
Berkat keberhasilan penanaman pertama sekarang sudah mengembangkan kebun porang di lima tempat.
Joko menjelaskan kepada para peserta yang rata rata sudah berumur diatas 60 tahun namun mampu menghipnotis dan memotivasi para peserta untuk tetap antusias dan semangat mendengarkan bahkan merespon dengan mengajukan berbagai pertanyaan mulai dari mendapatkan bibit,budaya porang yang produktif, jaringan pemasaran sampai harga penjualan hasil porang.
Dengan lugas dan contoh, Joko mampu meyakinkan bahwa membudidayakan tanaman porang sangat menguntungkan dan paling cocok bagi para purna tugas atau kasta Keren karena tak membutuhkan intensitas pemeliharaan yang tinggi seperti pemeliharaan tanaman lombok.
Apalagi dikenal bahwa porang dari Blora porang juara karena lebih tahan panas, kadar rendemen tinggi dan tahan dari hama penyakit.
"Paling utama perawatan dan pemupukan yang tepat.Dalam mengawal keberhasilan budaya porang saya siap membantu dalam memberikan arahan dan bimbingan teknis dan siap menampung serta membeli hasil porang dengan harga kewajaran sesuai harga di pasaran," jelasnya.
Berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya beberapa waktu yang laluJoko diundang oleh Gubernur Jateng dalam rangka acara pelepasan ekspor perdana produk porang jateng bahkan di penghujung tahun 2021 diundang Bupati Kabupaten Semarang dalam menyampaikan pengalaman keberhasilan membudiyakan porang.
Sebagai informasi, porang mengandung sejumlah zat seperti yang dimiliki umbi-umbian lainnya sepertikarbohidrat, lemak, mineral, protein dan vitamin serta serat serat pangan.
Namun yang menjadi ciri khas porang adalah kandungan Glukomannan didalam karbohidratnya jauh lebih tinggi ketimbang umbi-umbi lainnya, mencapai 55% yang sangat bermanfaat dalam industri pangan, kimia dan farmasi.
Joko siap diundang dimanapun, kapanpun dan oleh siapapun tanpa standar mahar karena semua yang dilakukan dilandasi dengan ikhlas dan sebagai bentuk ibadah. (MC Kab.Blora/Teguh).
0 komentar:
Posting Komentar