Selasa, 22 Maret 2022
Jelang Puasa, Patroli Polsek Banjarejo Blora Sasar Pasar Tradisional
Sekolah Vokasi UGM Yogyakarta Siap Bantu Pembangunan Blora
Senin, 21 Maret 2022
Pastikan Ketersediaan Bahan Pangan Jelang Puasa, Bhabinkamtibmas Polsek Blora Pantau Pertokoan Dan Pusat Perbelanjaan
Jumat, 18 Maret 2022
Perhutani Tanam Pohon Untuk Hasilkan Cuan Dalam Rangka HUT Perhutani ke-61
Memaknai HET Minyak Goreng Sebagai Akronim Bernilai Positif
Blora - Mantan Sekda Blora Bambang Sulistya kembali menyuarakan akronim sebagai motivasi kepada masyarakat terkait Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng yang diputuskan pemerintah.
Dirinya memaknai HET dari sudut pandang lain, sebab bagi yang memiliki wawasan dan pandangan kedepan penuh dengan harapan, ternyata setiap kebijakan Pemerintah bisa dijadikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua.
“Ya, saya memaknai HET sebagai sebuah akronim yang merupakan nilai positif bagi siapapun agar tetap eksis dalam menghadapi tahun omicron,” kata Bambang Sulistya, Jumat (18/3/2022).
Mantan Sekda dan anggota DPRD Blora itu memulai pengertian huruf H.
“H-Hadapi realita kehidupan saat ini dengan penuh rasa syukur, ikhlas dan sabar. Karena kita meyakini Pemerintah dalam mengambil kebijakan pasti sudah dipikirkan untuk kebaikan dan kesejahteraan rakyat bukan untuk menambah kesengsaraan dan penderitaan kehidupan rakyat,” jelasnya.
Kemudian, E-Enyahkan sikap mental waton sulaya (WTS) yang selalu menilai negatif, salah dan apriori terhadap setiap kebijakan yang diputuskan oleh Pemerintah.
Bahkan dengan sengaja selalu memberikan pendapat yang bersifat provokatif, tendensius dan menebar ramuan berita yang bernuansa sara, fitnah dan hoaks kepada masyarakat.
Selanjutnya, T-Tetap yakin bahwa dibalik kejadian, peristiwa, ujian, cobaan dan musibah pasti ada hikmah. “Seperti saat ini harga minyak goreng mahal, maka kita bisa berhemat dan hidup sehat tanpa minyak goreng,” tuturnya.
Menurutnya, ada pendapat para ahli kesehatan bahwa jika kita sering makan gorengan dapat dipastikan beragam risiko yang akan mengancam kesehatan kita.
Karena minyak goreng mengandung banyak lemak jenuh dan lemak trans yang telah diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.
"Peningkatan kadar kolesterol ini bisa menjadi akar dari berbagai penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner, serangan jantung, kanker,diabetis dan stroke,” jelasnya.
Makanan gorengan juga dapat meningkatkan resiko terjadinya obesitas. Walau tanpa minyak goreng ada pilihan lain menu masakan tetap lezat dan sehat, bisa dilakukan dengan cara dipanggang, dikukus atau direbus.
“Demikian semoga dinamika HET minyak goreng mampu menggoreng motivasi diri kita untuk hidup penuh rasa syukur, ikhlas, sabar dan sehat di masa pandemi,” ungkapnya.
Seperti diketahui, kembali masyarakat dibuat kaget dan bingung sebagai dampak dari Keputusan Pemerintah pada Selasa 15 Maret 2022.
Melalui konferensi pers secara virtual Menko Perekonomian Airlangga Hartato menyatakan harga minyak goreng kemasan akan disesuaikan dengan harga keekonomian.
Karena adanya pertimbangan kondisi yang sifatnya mendesak. Pemerintah juga telah menetapkan harga minyak goreng curah di Masyarakat sebesar Rp.14.000/lt.
Dengan bahasa lugas Pemerintah mencabut Kebijakan Harga Eceran Tertinggi(HET) untuk minyak goreng kemasan premium Rp 14.000/lt, kemasan sederhana Rp13.500/lt dan kemasan curah Rp11.000/lt yang telah ditetapkan pada tanggal 6 Maret 2022. Sehingga harga minyak goreng kemasan akan mengikuti harga di pasar.
Menurut Menteri Perdagangan pencabutan HET untuk mencegah tindakan curang dari para oknum dan untuk mengatasi kelangkaan minyak goreng di pasaran.
Sebagaimana diketahui bahwa Kebijakan HET minyak goreng merupakan instrumen untuk menstabilkan harga,mengurangi ketidak pastian dan menjamin para konsumen untuk mendapat harga yang terjangkau dan wajar.
Walaupun realita yang ada ketika HET minyak goreng kemarin ditetapkan terjadi kelangkaan barang sehingga di berbagai daerah terjadi antrian panjang emak emak hanyak untuk mendapat minyak goreng kemasan 2 lt.
Sehingga berbagai ungkapan terjadi bahwa walau stok minyak goreng cukup karena ada berbagai penyimpangan jalur pendistribuan dan penimbunan minyak goreng maka terjadi kelangkaan minyak goreng dimasyarakat.
Sebaliknya saat ini dengan pencabutan HET minyak goreng yang terjadi, harga minyak goreng kemasan melambung tinggi sehingga bagi anggota masyarakat yang saat ini sedang mengalami kesulitan hidup untuk mendapat minyak goreng kemasan yang berkwalitas makin tak terjangkau dan salah satu solusinya hanya bisa pasrah untuk memperoleh minyak goreng curah yang kwalitasnya belum sesuai harapan.
Apalagi, masih ditambah rasa kekecewaan, suara keras dan miring dari pendapat berbagai elemen masyarakat tentang dampak negatif dari pencabutan kebijakan HET minyak goreng tersebut semakin menambah runyamnya kegaduhan dan dinamika di masyarakat. (MC Kab. Blora/Teguh/toeb).
Kamis, 17 Maret 2022
Cegah Peredaran Miras, Polisi Blora Jawa Tengah Amankan 900 Liter Miras
Unit Reskrim Polsek Cepu Polres Blora, Amankan Pelaku Penggelapan Mobil
Ziarah Pocut Meurah Intan di Blora, Gubernur Aceh Siap Bantu Pemugaran Makam
Rabu, 16 Maret 2022
Gerak Cepat PEP Cepu Field tangani insiden Pipa di Sambong – Blora
Selasa, 15 Maret 2022
Kodim Lakukan Patroli Bareng dengan Perhutani Mengitari Kawasan Hutan dengan Motor Trail
Pastikan tuntas, PEP Cepu Field lakukan pengecekan dan pembersihan area Pipa Sambong
Senin, 14 Maret 2022
Ariraya Sulistya Jadi Ketua AFK Blora Periode 2022-2026
Minggu, 13 Maret 2022
Pengukuhan Struktur Pengurus DPC Gerbang Tani Kabupaten Blora.
Jumat, 11 Maret 2022
Produsen Tahu dan Tempe di Blora Terdampak Harga Kedelai
SuaraTani - Kedelai kembali memiliki predikat keren sebagai Gold from Soil karena mengandung protein lengkap dan tinggi sehingga menjadi bahan perbincangan hangat di masyarakat, baik oleh para konsumen, pemangku kepentingan maupun para pengusaha tahu dan tempe.
"Harga kedelai di pasar domestik melambung tinggi seiring dengan harga kedelai di pasar global juga melonjak," kata Bambang Sulistya pemerhati sosial Blora yang juga mantan Sekda dan Kadinas Pertanian Blora, Jumat (11/3/2022).
Apalagi ditambah muncul adanya perang Rusia dengan Ukrania semakin lengkap gojang ganjing harga kedelai di pasaran.
Belum ditambah fakta yang ada kebutuhan kedelai dalam Negeri sangat tergantung kedelai impor. Per tahun Indonesia mengimpor lebih dari 2 juta ton kedelai.
"Dari jumlah itu sekitar 80 persennya digunakan untuk bahan baku tahu dan tempe," ujarnya.
Hal itu dengan kepopuleran tahu dan tempe sebagai salah satu menu makan istimewa bagi Bangsa Indonesia.
Terutama tempe memiliki keunggulan kaya akan nutrisi yang mengandung vitamin, protein, karbohidratat dan mineral penting bagi kesehatan tubuh.
Bahkan tempe juga memiliki berbagai manfaat di antaranya, cocok untuk diet karena rendah kalori,mencegah penyakit diabetes, kanker dan jantung,menjaga kesehatan pencernaan, menurunkan kolesterol dan berperan untuk penyembuhan luka.
"Melihat kenyataan tersebut sangat ironis di negeri agraris kalau bahan baku kedelai harus dipasok dari negara lain," ungkapnya.
Konsumsi kedelai rakyat berdasarkan catatan dari BPS dari tahun ke tahun selalu meningkat. Pada tahun 2010 sudah mencapai kisaran 8,53 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2020 konsumsi kedelai bisa lebih dari 10 kg/kapita/tahun.
Jumlah konsumsi yang terus meningkat di tengah produksi kedelai nasional yang terus menurun akhirnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri langkah yang paling cepat dan gampang adalah pemerintah harus mengimpor.
Harga kedelai yang melonjak memang memunculkan masalah yang sangat berarti di negeri yang kita cintai ini.
Melonjaknya harga kedelai tersebut ada yang mengkaitkan dengan situasi pandemi saat ini dengan munculnya berbagai kebijakan yang menimbulkan keresahaan, kepanikan, ketakutan dan gejolak di masyarakat.
Karena ada ungkapan "Esuk Dele Sore Tempe (pagi dele sore berubah jadi tempe)". Pitutur ini sebuah ungkapan yang dimaksudkan sebagau sindiran terhadap sikap inkonsistensi atau plin-plan atau mencla-mencle terhadap suatu ucapan,pendirian atau kebijakan.
"Mengapa ungkapan itu diketengahkan para sesepuh atau leluhur kita dulu. Karena sikap ucapan, perbuatan atau kebijakan yang dilakukan oleh pejabat akan memberi implikasi pada orang banyak," ujar Bambang Sulistya.
Demikian pula naiknya harga kedelai akan berdampak pada pelaku usaha yang bersandar pada bahan baku kedelai. Mulai dari produsen tahu tempe dan usaha mikro dan kecil seperti pembuat jajanan.
"Hasil monitor saya di lapangan ada para produsen tahu dan tempe dalam mensikapi supaya tak menimbulkan gejolak hanya merubah volume tahu atau tempe dengan ukuran yang lebih kecil tapi harga penjualan tidak dinaikan, namun bagi penjual gorengan tahu tempe terpaksa harga dinaikan karena ada gejolak harga minyak goreng di lapangan," ungkapnya.
Dijelaskanya, Indonesia sebenarnya pernah mencatat sebagai negeri yang mampu mencapai swasembada kedelai, yaitu tahun 1992 produksi kedelai sebesar 1,8 juta ton.
Namun sayang setelah itu produksi kedelai terus mengalami penurunan. Bahkan budi daya kedelai bukanlah aktivitas yang menarik bagi para petani.
Tentu perlu ada upaya menarik agar para petani bergairah lagi untuk menanam kedelai. Karena selama ini petani menanam kedelai dihadapkan kepada berisiko tinggi hama dan penyakit, beaya produksi mahal, harga panen kedelai kurang kompetitif dengan komoditas lain dan produktivitas masih rendah karena mutu benih yang kurang terjamin.
"Berkenaan dengan hal tersebut Pemerintah perlu memberikan sejumlah kebijakan dan fasilitas yang mampu memberikan jaminan bahwa berusahatani kedelai itu menguntungkan, di antaranya ada kebijakan jaminan harga," tuturnya.
Subsidi sarana produksi kedelai dan kebijakan asuransi gagal panen. Disamping itu karena saat ini Indonesia masih mengimpor kedelai tentu para pengusaha tahu dan tempe perlu dipikirkan adanya jaminan harga kedelai impor yang tidak memberatkan para produsen.
Misalnya diberikan subsidi harga kedelai ketika terjadi gejolak harga seperti yang terjadi saat ini.
Kemudian perlunya Satgas pangan harus berani untuk bertindak tegas kepada importir nakal dan memberikan hukuman yang berat. (MC Kab. Blora/Teguh/toeb).
BUPATI BLORA SERAHKAN SURAT PERHITUNGAN DBH MIGAS KE DIRJEN PERIMBANGAN KEUANGAN
Operasi Keselamatan, Polres Blora Gelar Vaksinasi Dirangkai Bakti Sosial
Satresnarkoba Polres Blora Gelar Penyuluhan Di SMA N 1 Ngawen
Selasa, 08 Maret 2022
Polres Blora Gelar Konferensi Pers Ungkap Kasus Narkotika
Rekonstruksi Kasus Pembunuhan Di Cepu Blora Peragakan 11 Adegan
Minggu, 06 Maret 2022
Siap Menghadapi Zaman Kalabendu Dengan Akronim S-3
SuaraTani - Bencana yang silih berganti saat masa pandemi di Bumi Nusantara belum ada indikasi kapan akan berhenti. Mulai dari gunung meletus, banjir bandang,puting beliung dan gempa bumi.
Sehingga seperti kehidupan ini selalu berkawan dengan penderitaan dan kesengsaraan. Bahkan masih digelontor dengan membanjirnya berbagai berita yang berisi ujaran kebencian, provokasi.
"Fitnah dan berita hoax yang menimbulkan keresahaan, kepanikan dan ketakutan kehidupan di masyarakat," ungkap Bambang Sulistya, Ketua Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Blora, Minggu (6/3/2022).
Menurut mantan Sekda dan Anggota DPRD Blora itu, suasana yang demikian tadi akhirnya ada ungkapan dari beberapa para Winasis di Bumi Samin Blora yang ditemui.
"Mereka menyebutkan bahwa saat ini negeri yang kita cintai ini sepertinya sedang memasuki di Zaman Kalabendu," terangnya.
Hal itu sesuai dengan ramalan Prabu Jayabaya Raja kerajaan Kediri. Zaman yang penuh kesulitan dan kesusahan. Fitnah menyebar dimana-mana, KKN merajalela, para pemimpin kehilangan wibawa dan harga kebutuhan bahan pokok tak terjaga.
"Namun bagi saya, ungkapan tersebut hanya saya ambil hikmahnya saja tidak saya yakini menjadi sebuah kebenaran karena realita pemerintah saat ini masih hadir dan terus memberi pelayanan dan membangun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat," bebernya.
Disamping itu keadaan tersebut juga dijadikan sebagai upaya pemicu diri dalam mewujudkan kebulatan tekad untuk tetap eksis dan bermanfaat bagi kehidupan.
"Oleh karena itu, hari Sabtu 5 Maret 2022 kemarin, melalui rapat konsulidasi pengurus Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Blora di Ruang Pertemuan Kantor PWRI terungkap sebuah ikhtiar untuk menghadapi keadaan sulit seperti kondisi saat ini," kata Bambang.
Sebagai pejuang pembangunan atau para Wredatama yang siap mengabdi sampai di akhir usia. Tentunya harus bisa menjadi teladan bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat di sekitar kita.
"Untuk itu para lansia harus mampu membekali diri dengan peningkatan kwalitas sumber daya manusia melaluIi strata S-3," paparnya.
Bukan jenjang pendidikan untuk meraih gelar Doktor (Dr) namun sebuah akronim yang memiliki nilai positif bagi kehidupan yang amanah.
Maknanya S-3 sebagai berikut, S-1 adalah Sehat lahir batin dalam menghadapi kehidupan saat ini dengan iktiar olah raga menjadi kebutuhan hidup dan selalu hadirkan Allah dalam kihidupan kita sehari-hari, baik pada saat sempit maupun lapang,saat susah maupun senang dan saat sakit maupun sehat.
"S2-Semangat hidup yang tak pernah padam selalu bergairah ketika sedang menghadapi musibah dan selalu optimis untuk berkarya nyata dalam kehidupan di masa pandemi," jelasnya.
Karena ada ungkapan bijak siapapun yang bersemangat dalam hidup maka segala macam problema kehidupan pasti akan teratasi ibarat sebuah nyanyian "Badai pasti akan berlalu"
Kemudian S3 - Sejahtera hidup dapat diwujudkan kalau setiap manusia selalu merasa cukup dan selalu bersyukur terhadap apa yang dimiliki,dihadapi maupun apa yang dicapai dalam kehidupan saat ini.
Stop kebiasaan melihat kebun tetangga lebih hijau dari kebunnya sendiri. Dan rubah menjadi motivasi diri bahwa kebun sendiri lebih hijau dari kebun tetangga.
"Akhirnya jangan lupa setiap hari selalu mengatakan pada diri sendiri, Aku Sehat, Semangat dan Sejahtera siap menghadapi Zaman Kalabendu," tuturnya. (MC Kab. Blora/Teguh/toeb).
Jumat, 04 Maret 2022
Polres Blora Gelar Konferensi Pers Ungkap Kasus Pembunuhan
Kamis, 03 Maret 2022
Pengunjung Pasar Sido Makmur Blora, Diimbau Jaga Prokes Dan Disiplin Berlalu Lintas
Patroli Bersenjata Polsek Jati Blora, Sasar Daerah Rawan
Latest
Sate Blora Juga Disuguhkan di 'Mangkunegaran Makan-Makan' Solo
𝗕𝗟𝗢𝗥𝗔 — Kuliner khas Blora, utamanya sate ayam dan kambing ikut tampil di “Mangkunegaran Makan-Makan”, yang digelar sel...