Jumat, 18 Maret 2022

Memaknai HET Minyak Goreng Sebagai Akronim Bernilai Positif



Blora - Mantan Sekda Blora Bambang Sulistya kembali menyuarakan akronim sebagai motivasi kepada masyarakat terkait Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng yang diputuskan pemerintah.

Dirinya memaknai HET dari sudut pandang lain, sebab bagi yang memiliki wawasan dan pandangan kedepan penuh dengan harapan, ternyata setiap kebijakan Pemerintah bisa dijadikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua.

“Ya, saya memaknai HET sebagai sebuah akronim yang merupakan nilai positif bagi siapapun agar tetap eksis dalam menghadapi tahun omicron,” kata Bambang Sulistya, Jumat (18/3/2022).  

Mantan Sekda dan anggota DPRD Blora itu memulai pengertian huruf H.

“H-Hadapi realita kehidupan saat ini dengan penuh rasa syukur, ikhlas dan sabar. Karena kita meyakini Pemerintah dalam mengambil kebijakan pasti sudah dipikirkan untuk kebaikan dan kesejahteraan rakyat bukan untuk menambah kesengsaraan dan penderitaan kehidupan rakyat,” jelasnya.

Kemudian, E-Enyahkan sikap mental waton sulaya (WTS) yang selalu menilai negatif, salah dan apriori terhadap setiap kebijakan yang diputuskan oleh Pemerintah.

Bahkan dengan sengaja selalu memberikan pendapat yang bersifat provokatif, tendensius dan menebar ramuan berita yang bernuansa sara, fitnah dan hoaks kepada masyarakat.

Selanjutnya, T-Tetap yakin bahwa dibalik kejadian, peristiwa, ujian, cobaan dan musibah pasti ada hikmah. “Seperti saat ini harga minyak goreng mahal, maka kita bisa berhemat dan hidup sehat tanpa minyak goreng,” tuturnya.

Menurutnya, ada pendapat para ahli kesehatan bahwa jika kita sering makan gorengan dapat dipastikan beragam risiko yang akan mengancam  kesehatan kita.

Karena minyak goreng mengandung banyak lemak jenuh dan lemak trans yang telah diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.

"Peningkatan kadar kolesterol ini bisa menjadi akar dari berbagai penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner, serangan jantung, kanker,diabetis dan stroke,” jelasnya.

Makanan gorengan juga dapat meningkatkan resiko terjadinya obesitas. Walau tanpa minyak goreng ada pilihan lain menu masakan tetap lezat dan sehat, bisa dilakukan dengan cara dipanggang, dikukus atau direbus.

“Demikian semoga dinamika HET minyak goreng mampu menggoreng motivasi diri kita untuk hidup penuh rasa syukur, ikhlas, sabar dan sehat di masa pandemi,” ungkapnya.

Seperti diketahui, kembali masyarakat dibuat kaget dan bingung sebagai dampak dari Keputusan  Pemerintah pada Selasa 15 Maret 2022.

Melalui konferensi pers secara virtual Menko Perekonomian Airlangga Hartato menyatakan harga minyak goreng kemasan akan disesuaikan dengan harga keekonomian.

Karena adanya pertimbangan kondisi yang sifatnya mendesak. Pemerintah juga telah menetapkan harga minyak goreng curah di Masyarakat sebesar Rp.14.000/lt.

Dengan bahasa lugas Pemerintah mencabut Kebijakan Harga Eceran Tertinggi(HET) untuk minyak goreng kemasan premium Rp 14.000/lt, kemasan sederhana Rp13.500/lt dan kemasan curah Rp11.000/lt yang telah ditetapkan pada tanggal 6 Maret 2022. Sehingga harga minyak goreng kemasan akan mengikuti harga di pasar.

Menurut Menteri Perdagangan pencabutan HET untuk mencegah tindakan curang dari para oknum dan untuk mengatasi kelangkaan minyak goreng di pasaran.

Sebagaimana diketahui bahwa Kebijakan HET minyak goreng merupakan instrumen untuk menstabilkan harga,mengurangi ketidak pastian dan menjamin para konsumen untuk mendapat harga yang terjangkau dan wajar.

Walaupun realita yang ada ketika HET minyak goreng kemarin ditetapkan terjadi kelangkaan barang sehingga di berbagai daerah terjadi antrian panjang emak emak hanyak untuk mendapat minyak goreng kemasan 2 lt.

Sehingga berbagai ungkapan terjadi bahwa walau stok minyak goreng cukup karena ada berbagai penyimpangan jalur pendistribuan dan penimbunan minyak goreng maka terjadi kelangkaan minyak goreng dimasyarakat.

Sebaliknya saat ini dengan pencabutan HET minyak goreng yang terjadi, harga minyak goreng kemasan melambung tinggi sehingga bagi anggota masyarakat yang saat ini sedang mengalami kesulitan hidup untuk mendapat minyak goreng kemasan yang berkwalitas makin tak terjangkau dan salah satu solusinya hanya bisa pasrah untuk memperoleh minyak goreng curah yang kwalitasnya belum sesuai harapan.

Apalagi, masih ditambah rasa kekecewaan, suara keras dan miring dari pendapat berbagai elemen masyarakat tentang dampak negatif dari pencabutan kebijakan HET minyak goreng tersebut semakin menambah runyamnya kegaduhan dan dinamika di masyarakat. (MC Kab. Blora/Teguh/toeb).

 

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Latest

Sate Blora Juga Disuguhkan di 'Mangkunegaran Makan-Makan' Solo

  𝗕𝗟𝗢𝗥𝗔 — Kuliner khas Blora, utamanya sate ayam dan kambing ikut tampil di  “Mangkunegaran Makan-Makan”,  yang digelar sel...

Total Pageviews

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

Health

SELANJUTNYA »

Lensanow hanyalah rangkaian teks tersusun dengan huruf masakini, hingga jadi terbaik penyusun huruf sedunia.