SuaraTani - Bencana yang silih berganti saat masa pandemi di Bumi Nusantara belum ada indikasi kapan akan berhenti. Mulai dari gunung meletus, banjir bandang,puting beliung dan gempa bumi.
Sehingga seperti kehidupan ini selalu berkawan dengan penderitaan dan kesengsaraan. Bahkan masih digelontor dengan membanjirnya berbagai berita yang berisi ujaran kebencian, provokasi.
"Fitnah dan berita hoax yang menimbulkan keresahaan, kepanikan dan ketakutan kehidupan di masyarakat," ungkap Bambang Sulistya, Ketua Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Blora, Minggu (6/3/2022).
Menurut mantan Sekda dan Anggota DPRD Blora itu, suasana yang demikian tadi akhirnya ada ungkapan dari beberapa para Winasis di Bumi Samin Blora yang ditemui.
"Mereka menyebutkan bahwa saat ini negeri yang kita cintai ini sepertinya sedang memasuki di Zaman Kalabendu," terangnya.
Hal itu sesuai dengan ramalan Prabu Jayabaya Raja kerajaan Kediri. Zaman yang penuh kesulitan dan kesusahan. Fitnah menyebar dimana-mana, KKN merajalela, para pemimpin kehilangan wibawa dan harga kebutuhan bahan pokok tak terjaga.
"Namun bagi saya, ungkapan tersebut hanya saya ambil hikmahnya saja tidak saya yakini menjadi sebuah kebenaran karena realita pemerintah saat ini masih hadir dan terus memberi pelayanan dan membangun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat," bebernya.
Disamping itu keadaan tersebut juga dijadikan sebagai upaya pemicu diri dalam mewujudkan kebulatan tekad untuk tetap eksis dan bermanfaat bagi kehidupan.
"Oleh karena itu, hari Sabtu 5 Maret 2022 kemarin, melalui rapat konsulidasi pengurus Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Blora di Ruang Pertemuan Kantor PWRI terungkap sebuah ikhtiar untuk menghadapi keadaan sulit seperti kondisi saat ini," kata Bambang.
Sebagai pejuang pembangunan atau para Wredatama yang siap mengabdi sampai di akhir usia. Tentunya harus bisa menjadi teladan bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat di sekitar kita.
"Untuk itu para lansia harus mampu membekali diri dengan peningkatan kwalitas sumber daya manusia melaluIi strata S-3," paparnya.
Bukan jenjang pendidikan untuk meraih gelar Doktor (Dr) namun sebuah akronim yang memiliki nilai positif bagi kehidupan yang amanah.
Maknanya S-3 sebagai berikut, S-1 adalah Sehat lahir batin dalam menghadapi kehidupan saat ini dengan iktiar olah raga menjadi kebutuhan hidup dan selalu hadirkan Allah dalam kihidupan kita sehari-hari, baik pada saat sempit maupun lapang,saat susah maupun senang dan saat sakit maupun sehat.
"S2-Semangat hidup yang tak pernah padam selalu bergairah ketika sedang menghadapi musibah dan selalu optimis untuk berkarya nyata dalam kehidupan di masa pandemi," jelasnya.
Karena ada ungkapan bijak siapapun yang bersemangat dalam hidup maka segala macam problema kehidupan pasti akan teratasi ibarat sebuah nyanyian "Badai pasti akan berlalu"
Kemudian S3 - Sejahtera hidup dapat diwujudkan kalau setiap manusia selalu merasa cukup dan selalu bersyukur terhadap apa yang dimiliki,dihadapi maupun apa yang dicapai dalam kehidupan saat ini.
Stop kebiasaan melihat kebun tetangga lebih hijau dari kebunnya sendiri. Dan rubah menjadi motivasi diri bahwa kebun sendiri lebih hijau dari kebun tetangga.
"Akhirnya jangan lupa setiap hari selalu mengatakan pada diri sendiri, Aku Sehat, Semangat dan Sejahtera siap menghadapi Zaman Kalabendu," tuturnya. (MC Kab. Blora/Teguh/toeb).
0 komentar:
Posting Komentar